Besok hari minggu, tiga
temanku belum datang. Daripada mati gaya di negeri orang, Kuputuskan
mengunjungi Chatuchak Weekend Market atau J.J Market. Pasar kaget terkenal di
Bangkok dengan promo, “One of Asia’s
largest covered-air markets with an incredible 15.000 stalls bla bla...”.
Berarti harus bangun pagi, dan
kesana kemari mencari alamat. Jreng
Jreng..
Waktu kubuka mata, masih sangat gelap. Kulanjutkan tidur lagi. Mataku sampai terasa sepet, tapi
masih gelap. Kulihat jam. Apaa??! Pukul 10.30
siang! Kubuka gorden jendela, ternyata dibalik gorden itu tembok. Halah,
jendela kamuflase biar kamar tampak luas.
Kamar berhordeng palsu seharga THB 300 (Rp90.000)/bed |
Musnah sudah harapan ke pasar pagi Chatuchak, agenda kuubah keliling
Bangkok dengan muter-muter naik Sky Train. Tapi yang paling utama sarapan dulu.
Agak bingung mencari makanan halal di Bangkok. Di dekat stasiun Sala Daeng ada
Beirut Restaurant, Tapi jam 11an belum buka. Padahal ada logo “Halal” gede di
plangnya. Akhirnya kuputuskan makan di KFC. Kupesan ayam goreng tender classic.
“Do you have rice?” Tanyaku
ke mbak-mbak pelayan.
“Keteprak ketepruk keteprak ketepruk,” Kata si mbak kepada temannya
dengan bahasa Thai.
“Rice,” Kataku lagi.
Eh si mbak malah tambah bingung. Akhirnya dipanggilnya mas-mas pelayan
yang keliatan lebih jago
berbahasa Inggris.
“Rice,” Kataku lagi.
Si mas malah nunjuk kentang goreng.
“Rice!” Kataku jengkel.
Si mas malah nunjuk ayam fillet crispy.
“Oh no, Thanks,” Jawabku dengan lemas.
Kuambil piring di
hadapanku. Makan di KFC Bangkok gratis air mineral beserta batu es. ini adalah
kerjasama dengan Department of Internal
Trade ministry of Commerce. Jadi
pesan makanan apapun pasti dikasih gelas dan batu es, air mineralnya nuang
sendiri. Gak heran sih, ada yang bawa Pepsi gede dari luar terus dengan pedenya
dibuka di depan hidung pelayannya. *Kalau
di Indonesia mah udah digetok kepalanya*
Sarapan dada. Yang kuning itu adalah saos cabe, yang merah saos tomat. Air putih Gratis. Makanan ini senilai THB 108 (Rp.32.400) |
Kulahap tiga potong ayam dengan agak mual. Bukan apa-apa, sambal di
Thailad warnanya kayak jus mangga! Rasanya gak jauh dengan masakan Thai
lainnya, manis manis pedas. Apalagi saos tomatnya. Manis! Selesai makan aku
segera beranjak dari kursi. Karena pengunjung agak padat, segera seorang
pengunjung yang baru masuk mengambil alih mejaku. Eit tunggu dulu, aku mengamati
piring yang dibawa si pelanggan. Astaga,
itu di piringnya teronggok dengan manis “Nasi”,”Rice”!. *Jadi tadi aku minta sampai berbusa-busa dianggap apa!*
itu di piringnya teronggok dengan manis “Nasi”,”Rice”!. *Jadi tadi aku minta sampai berbusa-busa dianggap apa!*
Selesai makan, aku memulai trip hari ini. Karena stasiun Sala Daeng ada
di Tengah rute Sky Train, akhirnya kuputuskan perjalanan ke ujung barat, ke
stasiun Bearing. Sekitar 17 stasiun dari Sala Daeng. Bayar THB 40 (Rp.12 .000),
bisa menikmati Bangkok dari ketinggian sekitar 20 meteran. Jalur Sky Train
memang 2 tingkat di atas jalan raya. Ini salah satu hal yang membuat Bangkok
tidak macet. Dari jendela kereta, terlihat atap-atap rumah serta gedung-gedung
yang rapi serta jalanan yang cukup lengang.
Sampai di stasiun terakhir, aku turun dan jalan-jalan menikmati Bangkok
pinggiran itu. Agak sepi dan masih banyak tahap pembangunan. Aku lanjutkan
menuju Timur. Menuju stasiun Mo Chit. Sampai di sana sekitar pukul 13.30. Dari
atas tampak ada danau kecil di tengah taman tepat di samping stasiun. Aku turun
dan mendekati danau yang tampak ramai. Mataku terbelalak.
“Hapaahh??!!”
*camera : zoom in zoom out*
Ada plang gede bertuliskan “Chatuchak” dengan tanda panah di bawahnya.
Jadi ini tujuanku yang sudah kuhapus dari agenda gara-gara bangun kesiangan?
Aku segera menyusuri jalan menuju pasar Chatuchak. Sekitar 300 meter
dari stasiun Mo Chit. Pasar Chatuchak masih buka. Ternyata tutupnya sampai sore,
jam 5an. Lucky me. Aku keliling pasar yang luas itu. Kios-kiosnya sih
sederhana, tapi rapi dan tidak berdesak-desakan. Ada atraksi, souvenir, dan
tempat nongkrong. Ada jualan baju bekas dan ada yang baru. Harganya murah jika
bisa menawar. Kulihat sepatu yang tampak bagus, harganya THB 350 ( Rp.105.000).
Ada juga bule yang sedang mencoba sepatu di dalam kios itu. Kulihat ukuran
sepatu yang dijadikan display. 43.
Kulihat sepatu lainnya. 45.
“Mas, ada yang ukuran 40 gak untuk sepatu ini,” Tunjukku.
Masnya melongo. Bulenya juga melongo dan sedikit tersenyum. Ada yang
aneh kah?
“Dek, sepatu di sini paling kecil ukuran 42.” Kata masnya ramah sambil
melirik kaki mungilku. *Ya elah, saya
juga bule kali mas. Kenapa ukurannya bule barat yang kakinya pada segede gaban
gitu. Hufh*
Setelah beli sepatu (akhirnya dapat ukuran 41 walau warnanya ngejreng
merah), aku keliling pasar. Pasca banjir membuat pengunjung lumayan sepi.
Bahkan ini minggu pertama dibuka pasca banjir. Wow. Lucky me banget!
Jalan Utama di Chatuchak. Banyak gang-gang kecil yang menawarkan berbagai barang. |
Capek puter-puter Chatuchak, aku kembali ke hostel. Malam ini salah satu
temanku yang dari Malang akan tiba. Kami janji ketemuan di KFC “gak ngerti nasi” tadi. Pukul 10 malam
dia sampai. Dan dengan semangat kuajak dia jalan-jalan ke Patpong yang jaraknya
sekitar 3 menit jalan kaki dari hostel.
“Ping Pong, sir?” Kata seorang mas-mas di mulut jalan Patpong.
*Busyet, belum kenal sudah ngajakin main
Ping pong aja. Tahu aja kalau aku suka ping pong. Hihi*
“Ping pong show, pat pong show, sir?” Tanya mas-mas lainnya sambil bawa
kertas berisi list harga.
Ternyata Ping pong atau Pat pong show itu adalah striptease alias tari
telanjang! Dan sepanjang jalan Pat pong itu penuh dengan club seperti itu,
berjejer dengan penjual kacang goreng dan dildo. Busyet. Dari pintu club yang
terbuka tampak beberapa wanita (eh entah wanita entah bukan ding) sedang
menari-nari di atas meja dengan bikini polkadot. Maju sedikit ada lagi yang
begonoan, malah si penari turun dari meja dan melambai-lambai di bibir pintu,
memanggil-manggil dengan suara nge-bass! *serem amat dah*
Coba baca artikel yang ditulis di detikcom berikut untuk menggambarkan situasi dalam club, saya mah gak masuk.
Coba baca artikel yang ditulis di detikcom berikut untuk menggambarkan situasi dalam club, saya mah gak masuk.
“Malam Syahwat” di Bangkok
Niken Widya Yunita
"Malam itu sekitar pukul 22.00
waktu Bangkok, mobil Alphard dan sopir yang mengantar rombongan kami berhenti
di suatu tempat terpencil dan sepi di kawasan Silom, Thailand. Sopir yang
merupakan warga Bangkok itu beranjak lebih dulu dari mobil untuk bernegosiasi
dengan pemilik tempat itu. Lalu negosiasi selesai, kami bersebelas dipersilakan
masuk ke ruangan itu.
Uang sekitar 1.500 Bath atau
sekitar Rp 450 ribu, menjadi tanda masuk untuk kami. Ketika masuk, kami
disuguhi hingar bingar musik serta gemerlap lampu disko remang-remang. Ya
namanya lady's show.
Satu perempuan berbikini two
pieces menunjukkan bangku kami di belakang. Di depan panggung, sudah berdiri
seorang perempuan Bangkok berbikini two pieces warna hitam. Perempuan berambut
panjang dengan lekuk tubuh aduhai berdiri di depan satu tiang. 3 Tiang besi
lagi menunggu untuk diraba-raba perempuan itu.
Tidak hanya berdiri, perempuan itu
meliuk-liuk di depan tiang. Menari-nari sembari menghimpitkan dua pahanya yang
mulus ke tiang. Semua mata penonton melihat tanpa berkedip. Terlebih lagi kaum
Adam yang penasaran dengan aksi perempuan itu.
Dia bergerak dari tiang besi satu,
ke tiang lainnya. Penonton gelisah melihat aksi 'tiang' perempuan setinggi
sekitar 160 cm dengan berat sekitar 44 kg itu. Melihat gelagat penonton yang
gelisah, perempuan itu menampilkan aksi yang lebih berani dengan tiba-tiba dia
membuka pakaiannya. Sang penari pun bugil.
Aksi berikutnya dari penari
berusia sekitar 27 tahun itu lebih 'panas'. Sang penari itu mengeluarkan kertas
warna panjang dari (maaf) ke****annya, entah itu trik sulap atau bukan. Yang
jelas penonton terpesona dengan aksi tersebut.
Setelah selesai, penari bugil itu
turun dari panggung. Satu penari lainnya lantas naik ke atas panggung. Aksi
pertamanya sama dengan perempuan yang pertama.
Setelah menanggalkan pakaiannya,
perempuan itu mulai beraksi lagi. Kali ini aksinya lebih berbahaya. Perempuan
berkulit kecoklatan itu mengeluarkan banyak silet dari kertas warna panjang
yang keluar dari (maaf) ke****annya. Namun penari bugil itu tidak menampakkan
wajah sakit. Wajahnya tegas dengan tatapan mata tajam ke pengunjung. Penonton
pun tepuk tangan setelah aksi berakhir.
Aksi berikutnya dilakukan penari
berkulit putih berambut panjang. Dengan berbikini two pieces warna biru putih,
perempuan itu meliukkan tubuhnya di tiang. Setelah berbugil ria, sang penari
itu duduk di atas panggung. Dia lantas 'bermain' dengan peniup balon.
Di tengah-tengah aksi perempuan
itu, pengunjung bisa memesan minuman. Namun sayang, peralatan minum seperti
gelas tidak tertata rapi dan tampak kotor.
Aksi terakhir, seorang laki-laki
naik ke atas panggung. Laki-laki kekar itu masuk ke panggung dalam keadaan
polos. Seorang perempuan berambut panjang tanpa pakaian sudah menunggu di atas
panggung.
Untuk diketahui, kebanyakan penari telanjang di
Thailand bukanlah perempuan tulen, melainkan transgender. Di Thailand juga ada
beberapa tempat yang menyajikan 'wisata mata'. Salah satu tempat yang terkenal
dengan kevulgaran aksi penarinya adalah Patpong."
Serem kan!
Setelah temanku membeli oleh-oleh (dengan menawar super dahsyat) dapat
deh dari harga THB 250 menjadi THB 100 (Rp.30.000) untuk sebuah souvenir. Salah satu hal yang membuat nyaman berbelanja di Bangkok adalah, penjualnya tidak rese. Tak ada cerita penjual teriak-teriak menjajakan dagangannya. Mereka duduk manis di dekat lapak, kalau ada yang tanya baru dijawab. Benda yang mempersatukan hati penjual dan pembeli adalah kalkulator. Kami
meninggalkan hiruk-pikuk Pat pong, yang menurutku tidak terlalu syar’i itu.
Kami kembali ke hostel. Malam ini aku masuk ke room yang isinya 4 beds, dan
sekamar dengan bule cewe yang badannya segede dispenser. Eh segede kulkas ding.
Dan malampun berlalu dengan vulgar *di
pat pong tadi*.
beeeee,,, mnk situ bule mn???? bule sna bule sini *kalo bhasa belitung bule=dapet #sekadarmemberitahu,, ckckckck
BalasHapusposting lagi donk gag sbaran nunggunya,,, (*,*)
hahaha. ini masih pemanasan menjelang puncak. #Menggila di Bangkok. ketika orang geblek-ketemu orang geblek, jadilah liburan super geblek. hahaha
BalasHapussetdah.. ini ada yg kek gini yak.. kamu waktu di sini ga cerita2, yonn.. :ngeri
BalasHapusya maap zak,
BalasHapusbiar lah rahasia ini kupendam sampai nanti..
#padahal udah diobral gini