Ceritera Traveling

Jumat, 09 Desember 2011

Menggila di Bangkok ( Part # 1 )


Stage dalam Madame Tassauds. #Kalaupun gerombolan ini suatu saat membentuk band, kuyakin Lypsinc adalah ciri khasnya. haha
Senin pagi aku nongkrong di jalan Silom. Hawa tempat wisata semalam hilang, berubah menjadi kota yang agak sibuk. Anak-anak dengan seragam sekolah, orang berseragam kantor, dan bhiksu keliling memberi doa kepada yang mau. Tapi tetap saja sih, walau matahari sudah nongol, gerombolan waria masih menampakkan diri. Membaur dengan manusia lainnya, dengan kostum tidak terlalu menor. Ada yang jadi penjaga toko dengan memakai rok dan baju panjang seolah ingin menutup “aurat”, ada yang menjadi waitress di restoran. *eh, waitress bukan sih namanya kalau begituan?*
Agak susah juga sih membedakan mahluk “begituan” dengan mahluk “tidak begituan”. Kadang dengan bodohnya aku dan temanku tebak-tebakan mahluk yang di depan kami “begituan” atau bukan.
“Eh, dia “begituan” bukan?” bisikku ketika seorang yang suspect “begituan” lewat.
“Hey, ngapain juga bisik-bisik, mereka juga kaga ngarti kita ngomongin apa,” kata temanku menyadarkan kekhilafanku. Kami kemudian terdiam, memfokuskan mengamati objek berbadan langsing, berambut panjang, berkulit mulus, dan memakai celana jeans legging. Ketika si objek berbicara, langsung kami tertawa. Oalah, Nge-bass!
Di pinggir jalan ada mbak-mbak memberikan koran gratis berbahasa Thai. Koran gratis itu diberikan dari hari senin sampai jumat. Aku kambali berjalan, mengamati para sepeda motor Thailand yang tak memiliki plat depan. Hanya plat belakang saja. Satu yang khas dari pemandangan pagi ini; tak ada kulihat hidung bule berbadan gede yang tadi malam begitu mendominasi kawasan ini. *Akhirnya aku merasa menjadi manusia lagi, setelah kemarin sempat merasa menjadi dwarf*
Di pinggiran jalan banyak penjual makanan kecil, minuman, dan buah. Buah Bangkok tentu tidak asing lagi. Berukuran gede dan segar. Sedangkan minuman yang patut dicoba adalah jeruk peras yang dimasukkin ke dalam botol kecil. Perasan jeruk yang dingin dan segar. Harga antara THB 15-20 (Rp4.500-6.000). Hampir semua buah di situ layak dicoba.
Jajan di pinggir jalan. Aneka buah dan makanan pinggir jalan Bangkok yang menggoda.
Menjelang siang, dua temanku dari Batam datang via Changi Airport, Singapore. Seharusnya mereka sampai kemarin, tapi karena ketinggalan pesawat akhirnya mereka ikut pesawat hari berikutnya. Ajaibnya,  walau telat karena kesalahan sendiri, mereka tak perlu membayar tiket lagi! Nasib bener dah.
Bertemu di stasiun Sala Daeng dan segera mencari makan siang. Kali ini benar-benar ingin mencari makanan halal, maka dipilihlah restoran India di Rama 4 Road, berjalan sekitar 7 menit dari stasiun Sala Daeng. Sampai di sana ternyata pada belum buka padahal sudah pukul 10.30. Akhirnya belok sedikit mencari restoran melayu milik negara tetangga serumpun. Menunya sih mirip sama menu Indonesia, tapi rasanya masih nampol masakan Nusantara lah. Pokoknya untuk yang satu ini aku berani ngotot, masakan Indonesia is the best! Tapi setidaknya aku ketemu nasi sih *terharu*
Setelah istirahat, kami bersiap-siap ke Museum Madame Tassaude. Nah ini yang penting, ambil peta yang disediakan stasiun. Di cover peta banyak diskon untuk masuk ke tempat-tempat wisata dengan menunjukkan peta diskon tersebut. Kali ini kami dapat diskon masuk ke Madame Tassaude, harga normal THB 800 (Rp.240.000), kena diskon menjadi THB 650 (Rp.195.000).
Sebuah museum yang hanya ada 3 di Asia, sedangkan manekin seperti ini hanya ada 1 di Asia. #eh
 Berhenti di Stasiun Siam, segera keluar di Exit 2 menuju Siam Paragon. Petunjuknya sangat jelas, tinggal ikuti saja. Ternyata letaknya di samping Siam Paragon Building, yaitu di Siam Discovery. Kalau bingung tinggal tanya information center yang biasanya bertanda “i” di mejanya. Begitu masuk Siam Discovery, langsung ada meja resepsionis untuk membeli tiket. Museum Madame Tassaude ada di lantai 6.
Begitu masuk, ruangan adem dan redup menyambut. Madame Tassaude adalah sebuah museum lilin terkenal di London, Inggris, dengan cabang-cabang di beberapa kota besar di dunia. Museum ini pertama kali didirikan oleh pematung lilin Marie Tassaud. Sampai saat ini hanya ada tiga di Asia; Hongkong, Shanghai, dan Bangkok. Figur di Museum Madame Tassauds terdiri atas tokoh-tokoh sejarah, keluarga kerajaan, bintang film, atlet tenar, dan tokoh-tokoh kriminal yang tenar.
Bersantai bersama, Patung lilin dan manekin. #eh
 Tidak melulu patung lilin yag disajikan, ada ruang karaoke juga. Jadi deh kami karaoke di situ. Tapi jangan harap menemukan lagu “I Heart You-Sm*sh” atau “Alamat Palsu-Ayu Ting-Ting” di situ, Semua lagu berbahasa Inggris dan Thai. *Walau lagu Sm*sh tadi ada lirik berbahasa Inggrisnya, tetap saja tidak ada di list lagu, hihi. Kasian yak*
Selain ruang karaoke, ada juga permainan virtual, tendangan penalti di dekat patung Beckam. Dengan menggunakan sensor maka ada lapangan kecil, bola virtual, dan gawang lengkap dengan penjaga virtualnya. Tinggal tendang deh itu bola ke gawang, maka si penjaga akan berusaha mati-matian nangkap bolanya.
Atau permainan tenis virtual di dekat patung Serena William. Akan diberi semacam raket, tinggal ayun-ayunkan dan mengejar bola layaknya main tenis. Dan di dekat patung Bruce Lee ada arena tarung. Tinggal masuk arena dan secara otomatis tubuh kita muncul di layar monitor besar. Dan di hadapan kita di monitor muncul lawan yang harus dihadapi. Semacam game Taken lah. Kita tendang atau pukul maka kekuatan musuh akan berkurang, begitu pula sebaliknya. Jadi deh kukeluarkan jurus-jurus rahasia yang selama ini kupendam.
Mbak yang gak mau ngalah sama adeknya. :(
Sebelum aku main sih, pengunjung pada cuek aja. Begitu aku main, eh pada melototin gitu, gak tahu takjub lihat jurusku atau takjub lihat kenorakanku yang mempertunjukkan ilmu kanuragan sambil teriak-teriak. Yang jelas begitu aku selesai, sudah banyak aja yang ngantri buat main itu game. Hadeuh!
Ada Tiga patung favorit yang biasanya disediakan kamera khusus oleh pegawainya. Patung Jack Sparrow, Obama, dan Patung Jackie Chan. Pegawai akan mengambil gambar kita dan dari tiga foto ini akan diambil yang terbaik untuk dicetak. Di tiket ada voucher senilai THB 200 yang bisa ditukar dengan satu print foto terbaik yang tadi diambil. Harga satu foto THB 300, jadi masih harus membayar THB 100. Kalau memang membawa kamera sendiri dan hasilnya bagus, mending gak usah tukar deh vouchernya. Walau dibilang sudah dapat voucher THB 200, tapi satu foto ukuran 10R seharga THB 100 (Rp30.000) masih mahal. Apalagi kualitasnya juga biasa saja.
Kadang patung juga mengajarkan kita agar tetap sixpacks.
Setelah selesai bernarsis ria di Museum Madame Tassauds, saatnya mencari makan. Kami berjalan menuju MBK, sebuah mal di dekat stasiun National Stadium. Di lantai lima mal ini ada food court dengan varian menu. Malam ini kupilih menu Timur Tengah. Ayam cincang dengan paduan kacang mede berasa manis gurih. Seorang teman dikasih seperti sambal ijo di mankok kecil. Aku minta juga. Kucolek dengan lahap. Yeks!  Ternyata bukan sambal ijo seperti yang kubayangkan, ini pedesnya rada apek dan menampar tenggorokan. Ternyata itu sejenis daun mint yang diblender.
Sambal ijo ala Bangkok, masih enak Lado Ijo Urang awak dari mana ke mana. :)
Ada juga satu lapak jualan yang menyajikan dua menu, menu halal dan absurd. Absurd di sini karena makanan dimasak di lapak itu, wajan, piring, dan alat masak lainnya join-an alias buat menu yang halal dan yang absurd tadi. Nah loh! Bingung kan.
Di MBK ini setiap malam rabu ada Thai Boxing. Jadi kalau pas di Bangkok bertepatan dengan malam rabu, tak ada salahnya lihat orang berantem di dalam mal. Siapa tahu kecipratan darahnya. *eh*
Akhirnya malam kian beranjak. Kami kembali ke penginapan. Dua temanku yang cewek segera masuk kamar. Aku dan temanku yang cowo diam-diam dan mengendap-endap pergi menuju Patpong. Ssstt..!

2 komentar:

  1. wah nyaman ye jalan-jalan ke bangkok...jadi mau...

    BalasHapus
  2. wah, kalok nak ngayau ke Bangkok boleh diikuti ruteku.

    hahaha,,,

    BalasHapus