Ceritera Traveling

Kamis, 08 Desember 2011

Tersesat di Bangkok


Besok hari minggu, tiga temanku belum datang. Daripada mati gaya di negeri orang, Kuputuskan mengunjungi Chatuchak Weekend Market atau J.J Market. Pasar kaget terkenal di Bangkok dengan promo, “One of Asia’s largest covered-air markets with an incredible 15.000 stalls bla bla...”. Berarti harus bangun pagi, dan kesana kemari mencari alamat. Jreng Jreng..
Waktu kubuka mata, masih sangat gelap. Kulanjutkan tidur lagi. Mataku sampai terasa sepet, tapi masih gelap. Kulihat jam. Apaa??! Pukul 10.30 siang! Kubuka gorden jendela, ternyata dibalik gorden itu tembok. Halah, jendela kamuflase biar kamar tampak luas.
Kamar berhordeng palsu seharga  THB 300 (Rp90.000)/bed
Musnah sudah harapan ke pasar pagi Chatuchak, agenda kuubah keliling Bangkok dengan muter-muter naik Sky Train. Tapi yang paling utama sarapan dulu. Agak bingung mencari makanan halal di Bangkok. Di dekat stasiun Sala Daeng ada Beirut Restaurant, Tapi jam 11an belum buka. Padahal ada logo “Halal” gede di plangnya. Akhirnya kuputuskan makan di KFC. Kupesan ayam goreng tender classic.
“Do you have rice?” Tanyaku ke mbak-mbak pelayan.
“Keteprak ketepruk keteprak ketepruk,” Kata si mbak kepada temannya dengan bahasa Thai.
“Rice,” Kataku lagi.
Eh si mbak malah tambah bingung. Akhirnya dipanggilnya mas-mas pelayan yang keliatan lebih jago berbahasa Inggris.
“Rice,” Kataku lagi.
Si mas malah nunjuk kentang goreng.
“Rice!” Kataku jengkel.
Si mas malah nunjuk ayam fillet crispy.
“Oh no, Thanks,” Jawabku dengan lemas.
Kuambil piring di hadapanku. Makan di KFC Bangkok gratis air mineral beserta batu es. ini adalah kerjasama dengan Department of Internal Trade ministry of Commerce.  Jadi pesan makanan apapun pasti dikasih gelas dan batu es, air mineralnya nuang sendiri. Gak heran sih, ada yang bawa Pepsi gede dari luar terus dengan pedenya dibuka di depan hidung pelayannya. *Kalau di Indonesia mah udah digetok kepalanya* 
Sarapan dada. Yang kuning itu adalah saos cabe, yang merah saos tomat. Air putih Gratis. Makanan ini senilai THB 108 (Rp.32.400)
Kulahap tiga potong ayam dengan agak mual. Bukan apa-apa, sambal di Thailad warnanya kayak jus mangga! Rasanya gak jauh dengan masakan Thai lainnya, manis manis pedas. Apalagi saos tomatnya. Manis! Selesai makan aku segera beranjak dari kursi. Karena pengunjung agak padat, segera seorang pengunjung yang baru masuk mengambil alih mejaku. Eit tunggu dulu, aku mengamati piring yang dibawa si pelanggan. Astaga,
itu di piringnya teronggok dengan manis “Nasi”,”Rice”!. *Jadi tadi aku minta sampai berbusa-busa dianggap apa!*
Canded dari dalam KFC. Lihat deh itu mbak penjual sandal jepit. Ada yang aneh gak? Menurutku itu adalah penjual sandal jepit termenor sedunia. *Biasa aja kali, ini Bangkok, Bung!* #eh sumpah itu mbak menor banget lho. pakai high- heel pula. *Ye, biarin nape!*
Selesai makan, aku memulai trip hari ini. Karena stasiun Sala Daeng ada di Tengah rute Sky Train, akhirnya kuputuskan perjalanan ke ujung barat, ke stasiun Bearing. Sekitar 17 stasiun dari Sala Daeng. Bayar THB 40 (Rp.12 .000), bisa menikmati Bangkok dari ketinggian sekitar 20 meteran. Jalur Sky Train memang 2 tingkat di atas jalan raya. Ini salah satu hal yang membuat Bangkok tidak macet. Dari jendela kereta, terlihat atap-atap rumah serta gedung-gedung yang rapi serta jalanan yang cukup lengang.
Sampai di stasiun terakhir, aku turun dan jalan-jalan menikmati Bangkok pinggiran itu. Agak sepi dan masih banyak tahap pembangunan. Aku lanjutkan menuju Timur. Menuju stasiun Mo Chit. Sampai di sana sekitar pukul 13.30. Dari atas tampak ada danau kecil di tengah taman tepat di samping stasiun. Aku turun dan mendekati danau yang tampak ramai. Mataku terbelalak.
“Hapaahh??!!”
 *camera : zoom in zoom out*
Ada plang gede bertuliskan “Chatuchak” dengan tanda panah di bawahnya. Jadi ini tujuanku yang sudah kuhapus dari agenda gara-gara bangun kesiangan?
Aku segera menyusuri jalan menuju pasar Chatuchak. Sekitar 300 meter dari stasiun Mo Chit. Pasar Chatuchak masih buka. Ternyata tutupnya sampai sore, jam 5an. Lucky me. Aku keliling pasar yang luas itu. Kios-kiosnya sih sederhana, tapi rapi dan tidak berdesak-desakan. Ada atraksi, souvenir, dan tempat nongkrong. Ada jualan baju bekas dan ada yang baru. Harganya murah jika bisa menawar. Kulihat sepatu yang tampak bagus, harganya THB 350 ( Rp.105.000). Ada juga bule yang sedang mencoba sepatu di dalam kios itu. Kulihat ukuran sepatu yang dijadikan display. 43. Kulihat sepatu lainnya. 45.
“Mas, ada yang ukuran 40 gak untuk sepatu ini,” Tunjukku.
Masnya melongo. Bulenya juga melongo dan sedikit tersenyum. Ada yang aneh kah?
“Dek, sepatu di sini paling kecil ukuran 42.” Kata masnya ramah sambil melirik kaki mungilku. *Ya elah, saya juga bule kali mas. Kenapa ukurannya bule barat yang kakinya pada segede gaban gitu. Hufh*
Setelah beli sepatu (akhirnya dapat ukuran 41 walau warnanya ngejreng merah), aku keliling pasar. Pasca banjir membuat pengunjung lumayan sepi. Bahkan ini minggu pertama dibuka pasca banjir. Wow. Lucky me banget!
Jalan Utama di Chatuchak. Banyak gang-gang kecil yang menawarkan berbagai barang.
Capek puter-puter Chatuchak, aku kembali ke hostel. Malam ini salah satu temanku yang dari Malang akan tiba. Kami janji ketemuan di KFC “gak ngerti nasi” tadi. Pukul 10 malam dia sampai. Dan dengan semangat kuajak dia jalan-jalan ke Patpong yang jaraknya sekitar 3 menit jalan kaki dari hostel.
“Ping Pong, sir?” Kata seorang mas-mas di mulut jalan Patpong.
*Busyet, belum kenal sudah ngajakin main Ping pong aja. Tahu aja kalau aku suka ping pong. Hihi*
“Ping pong show, pat pong show, sir?” Tanya mas-mas lainnya sambil bawa kertas berisi list harga.
Ternyata Ping pong atau Pat pong show itu adalah striptease alias tari telanjang! Dan sepanjang jalan Pat pong itu penuh dengan club seperti itu, berjejer dengan penjual kacang goreng dan dildo. Busyet. Dari pintu club yang terbuka tampak beberapa wanita (eh entah wanita entah bukan ding) sedang menari-nari di atas meja dengan bikini polkadot. Maju sedikit ada lagi yang begonoan, malah si penari turun dari meja dan melambai-lambai di bibir pintu, memanggil-manggil dengan suara nge-bass! *serem amat dah*
Coba baca artikel yang ditulis di detikcom berikut untuk menggambarkan situasi dalam club, saya mah gak masuk.

“Malam Syahwat” di Bangkok
Niken Widya Yunita
"Malam itu sekitar pukul 22.00 waktu Bangkok, mobil Alphard dan sopir yang mengantar rombongan kami berhenti di suatu tempat terpencil dan sepi di kawasan Silom, Thailand. Sopir yang merupakan warga Bangkok itu beranjak lebih dulu dari mobil untuk bernegosiasi dengan pemilik tempat itu. Lalu negosiasi selesai, kami bersebelas dipersilakan masuk ke ruangan itu.
Uang sekitar 1.500 Bath atau sekitar Rp 450 ribu, menjadi tanda masuk untuk kami. Ketika masuk, kami disuguhi hingar bingar musik serta gemerlap lampu disko remang-remang. Ya namanya lady's show.
Satu perempuan berbikini two pieces menunjukkan bangku kami di belakang. Di depan panggung, sudah berdiri seorang perempuan Bangkok berbikini two pieces warna hitam. Perempuan berambut panjang dengan lekuk tubuh aduhai berdiri di depan satu tiang. 3 Tiang besi lagi menunggu untuk diraba-raba perempuan itu.
Tidak hanya berdiri, perempuan itu meliuk-liuk di depan tiang. Menari-nari sembari menghimpitkan dua pahanya yang mulus ke tiang. Semua mata penonton melihat tanpa berkedip. Terlebih lagi kaum Adam yang penasaran dengan aksi perempuan itu.
Dia bergerak dari tiang besi satu, ke tiang lainnya. Penonton gelisah melihat aksi 'tiang' perempuan setinggi sekitar 160 cm dengan berat sekitar 44 kg itu. Melihat gelagat penonton yang gelisah, perempuan itu menampilkan aksi yang lebih berani dengan tiba-tiba dia membuka pakaiannya. Sang penari pun bugil.
Aksi berikutnya dari penari berusia sekitar 27 tahun itu lebih 'panas'. Sang penari itu mengeluarkan kertas warna panjang dari (maaf) ke****annya, entah itu trik sulap atau bukan. Yang jelas penonton terpesona dengan aksi tersebut.
Setelah selesai, penari bugil itu turun dari panggung. Satu penari lainnya lantas naik ke atas panggung. Aksi pertamanya sama dengan perempuan yang pertama.
Setelah menanggalkan pakaiannya, perempuan itu mulai beraksi lagi. Kali ini aksinya lebih berbahaya. Perempuan berkulit kecoklatan itu mengeluarkan banyak silet dari kertas warna panjang yang keluar dari (maaf) ke****annya. Namun penari bugil itu tidak menampakkan wajah sakit. Wajahnya tegas dengan tatapan mata tajam ke pengunjung. Penonton pun tepuk tangan setelah aksi berakhir.
Aksi berikutnya dilakukan penari berkulit putih berambut panjang. Dengan berbikini two pieces warna biru putih, perempuan itu meliukkan tubuhnya di tiang. Setelah berbugil ria, sang penari itu duduk di atas panggung. Dia lantas 'bermain' dengan peniup balon.
Di tengah-tengah aksi perempuan itu, pengunjung bisa memesan minuman. Namun sayang, peralatan minum seperti gelas tidak tertata rapi dan tampak kotor.
Aksi terakhir, seorang laki-laki naik ke atas panggung. Laki-laki kekar itu masuk ke panggung dalam keadaan polos. Seorang perempuan berambut panjang tanpa pakaian sudah menunggu di atas panggung.
Untuk diketahui, kebanyakan penari telanjang di Thailand bukanlah perempuan tulen, melainkan transgender. Di Thailand juga ada beberapa tempat yang menyajikan 'wisata mata'. Salah satu tempat yang terkenal dengan kevulgaran aksi penarinya adalah Patpong."
Serem kan!
Setelah temanku membeli oleh-oleh (dengan menawar super dahsyat) dapat deh dari harga THB 250 menjadi THB 100 (Rp.30.000) untuk sebuah souvenir. Salah satu hal yang membuat nyaman berbelanja di Bangkok adalah, penjualnya tidak rese. Tak ada cerita penjual teriak-teriak menjajakan dagangannya. Mereka duduk manis di dekat lapak, kalau ada yang tanya baru dijawab. Benda yang mempersatukan hati penjual dan pembeli adalah kalkulator. Kami meninggalkan hiruk-pikuk Pat pong, yang menurutku tidak terlalu syar’i itu. Kami kembali ke hostel. Malam ini aku masuk ke room yang isinya 4 beds, dan sekamar dengan bule cewe yang badannya segede dispenser. Eh segede kulkas ding. Dan malampun berlalu dengan vulgar *di pat pong tadi*.

4 komentar:

  1. beeeee,,, mnk situ bule mn???? bule sna bule sini *kalo bhasa belitung bule=dapet #sekadarmemberitahu,, ckckckck
    posting lagi donk gag sbaran nunggunya,,, (*,*)

    BalasHapus
  2. hahaha. ini masih pemanasan menjelang puncak. #Menggila di Bangkok. ketika orang geblek-ketemu orang geblek, jadilah liburan super geblek. hahaha

    BalasHapus
  3. setdah.. ini ada yg kek gini yak.. kamu waktu di sini ga cerita2, yonn.. :ngeri

    BalasHapus
  4. ya maap zak,

    biar lah rahasia ini kupendam sampai nanti..

    #padahal udah diobral gini

    BalasHapus