Stage dalam Madame Tassauds. #Kalaupun gerombolan ini suatu saat membentuk band, kuyakin Lypsinc adalah ciri khasnya. haha |
Agak susah juga
sih membedakan mahluk “begituan” dengan mahluk “tidak begituan”. Kadang dengan
bodohnya aku dan temanku tebak-tebakan mahluk yang di depan kami “begituan”
atau bukan.
“Eh, dia
“begituan” bukan?” bisikku ketika seorang yang suspect “begituan” lewat.
“Hey, ngapain
juga bisik-bisik, mereka juga kaga ngarti
kita ngomongin apa,” kata temanku menyadarkan kekhilafanku. Kami kemudian terdiam,
memfokuskan mengamati objek berbadan langsing, berambut panjang, berkulit
mulus, dan memakai celana jeans legging. Ketika si objek berbicara, langsung
kami tertawa. Oalah, Nge-bass!
Di pinggir
jalan ada mbak-mbak memberikan koran gratis berbahasa Thai. Koran gratis itu
diberikan dari hari senin sampai jumat. Aku kambali berjalan, mengamati para sepeda
motor Thailand yang tak memiliki plat depan. Hanya plat belakang saja. Satu
yang khas dari pemandangan pagi ini; tak ada kulihat hidung bule berbadan gede
yang tadi malam begitu mendominasi kawasan ini. *Akhirnya aku merasa menjadi manusia lagi, setelah kemarin sempat
merasa menjadi dwarf*
Di pinggiran
jalan banyak penjual makanan kecil, minuman, dan buah. Buah Bangkok tentu tidak
asing lagi. Berukuran gede dan segar. Sedangkan minuman yang patut dicoba
adalah jeruk peras yang dimasukkin ke dalam botol kecil. Perasan jeruk yang
dingin dan segar. Harga antara THB 15-20 (Rp4.500-6.000). Hampir semua buah di
situ layak dicoba.
![]() |
Jajan di pinggir jalan. Aneka buah dan makanan pinggir jalan Bangkok yang menggoda. |
Menjelang
siang, dua temanku dari Batam datang via Changi Airport, Singapore. Seharusnya
mereka sampai kemarin, tapi karena ketinggalan pesawat akhirnya mereka ikut
pesawat hari berikutnya. Ajaibnya, walau telat karena kesalahan sendiri, mereka
tak perlu membayar tiket lagi! Nasib
bener dah.
Bertemu di
stasiun Sala Daeng dan segera mencari makan siang. Kali ini benar-benar ingin
mencari makanan halal, maka dipilihlah restoran India di Rama 4 Road, berjalan
sekitar 7 menit dari stasiun Sala Daeng. Sampai di sana ternyata pada belum
buka padahal sudah pukul 10.30. Akhirnya belok sedikit mencari restoran melayu
milik negara tetangga serumpun. Menunya sih mirip sama menu Indonesia, tapi
rasanya masih nampol masakan Nusantara lah. Pokoknya untuk yang satu ini aku
berani ngotot, masakan Indonesia is the best! Tapi setidaknya aku ketemu nasi
sih *terharu*
Setelah
istirahat, kami bersiap-siap ke Museum Madame Tassaude. Nah ini yang penting,
ambil peta yang disediakan stasiun. Di cover peta banyak diskon untuk masuk ke
tempat-tempat wisata dengan menunjukkan peta diskon tersebut. Kali ini kami
dapat diskon masuk ke Madame Tassaude, harga normal THB 800 (Rp.240.000), kena
diskon menjadi THB 650 (Rp.195.000).
Berhenti di
Stasiun Siam, segera keluar di Exit 2 menuju Siam Paragon. Petunjuknya sangat
jelas, tinggal ikuti saja. Ternyata letaknya di samping Siam Paragon Building,
yaitu di Siam Discovery. Kalau bingung tinggal tanya information center yang biasanya bertanda “i” di mejanya. Begitu masuk Siam Discovery, langsung ada meja
resepsionis untuk membeli tiket. Museum Madame Tassaude ada di lantai 6.
![]() |
Sebuah museum yang hanya ada 3 di Asia, sedangkan manekin seperti ini hanya ada 1 di Asia. #eh |
Begitu masuk,
ruangan adem dan redup menyambut. Madame Tassaude adalah sebuah museum lilin
terkenal di London, Inggris,
dengan cabang-cabang di beberapa kota besar di dunia. Museum ini pertama kali
didirikan oleh pematung lilin Marie Tassaud. Sampai saat
ini hanya ada tiga di Asia; Hongkong, Shanghai, dan Bangkok. Figur di Museum
Madame Tassauds terdiri atas tokoh-tokoh sejarah, keluarga kerajaan, bintang
film, atlet tenar, dan tokoh-tokoh kriminal yang tenar.
Tidak melulu
patung lilin yag disajikan, ada ruang karaoke juga. Jadi deh kami karaoke di
situ. Tapi jangan harap menemukan lagu “I
Heart You-Sm*sh” atau “Alamat Palsu-Ayu Ting-Ting” di situ, Semua lagu
berbahasa Inggris dan Thai. *Walau lagu
Sm*sh tadi ada lirik berbahasa Inggrisnya, tetap saja tidak ada di list lagu,
hihi. Kasian yak*
![]() |
Bersantai bersama, Patung lilin dan manekin. #eh |
Selain ruang
karaoke, ada juga permainan virtual, tendangan penalti di dekat patung Beckam.
Dengan menggunakan sensor maka ada lapangan kecil, bola virtual, dan gawang
lengkap dengan penjaga virtualnya. Tinggal tendang deh itu bola ke gawang, maka
si penjaga akan berusaha mati-matian nangkap bolanya.
Atau permainan
tenis virtual di dekat patung Serena William. Akan diberi semacam raket,
tinggal ayun-ayunkan dan mengejar bola layaknya main tenis. Dan di dekat patung
Bruce Lee ada arena tarung. Tinggal masuk arena dan secara otomatis tubuh kita
muncul di layar monitor besar. Dan di hadapan kita di monitor muncul lawan yang
harus dihadapi. Semacam game Taken lah. Kita tendang atau pukul maka kekuatan
musuh akan berkurang, begitu pula sebaliknya. Jadi deh kukeluarkan jurus-jurus
rahasia yang selama ini kupendam.
![]() |
Mbak yang gak mau ngalah sama adeknya. :( |
Sebelum aku
main sih, pengunjung pada cuek aja. Begitu aku main, eh pada melototin gitu,
gak tahu takjub lihat jurusku atau takjub lihat kenorakanku yang
mempertunjukkan ilmu kanuragan sambil teriak-teriak. Yang jelas begitu aku
selesai, sudah banyak aja yang ngantri buat main itu game. Hadeuh!
Ada Tiga patung
favorit yang biasanya disediakan kamera khusus oleh pegawainya. Patung Jack
Sparrow, Obama, dan Patung Jackie Chan. Pegawai akan mengambil gambar kita dan
dari tiga foto ini akan diambil yang terbaik untuk dicetak. Di tiket ada voucher
senilai THB 200 yang bisa ditukar dengan satu print foto terbaik yang tadi
diambil. Harga satu foto THB 300, jadi masih harus membayar THB 100. Kalau memang
membawa kamera sendiri dan hasilnya bagus, mending gak usah tukar deh
vouchernya. Walau dibilang sudah dapat voucher THB 200, tapi satu foto ukuran
10R seharga THB 100 (Rp30.000) masih mahal. Apalagi kualitasnya juga biasa
saja.
![]() |
Kadang patung juga mengajarkan kita agar tetap sixpacks. |
Setelah selesai
bernarsis ria di Museum Madame Tassauds, saatnya mencari makan. Kami berjalan
menuju MBK, sebuah mal di dekat stasiun National Stadium. Di lantai lima mal
ini ada food court dengan varian
menu. Malam ini kupilih menu Timur Tengah. Ayam cincang dengan paduan kacang
mede berasa manis gurih. Seorang teman dikasih seperti sambal ijo di mankok
kecil. Aku minta juga. Kucolek dengan lahap. Yeks! Ternyata bukan sambal
ijo seperti yang kubayangkan, ini pedesnya rada apek dan menampar tenggorokan.
Ternyata itu sejenis daun mint yang diblender.
![]() |
Sambal ijo ala Bangkok, masih enak Lado Ijo Urang awak dari mana ke mana. :) |
Ada juga satu
lapak jualan yang menyajikan dua menu, menu halal dan absurd. Absurd di sini karena makanan dimasak di lapak itu, wajan,
piring, dan alat masak lainnya join-an alias buat menu yang halal dan yang
absurd tadi. Nah loh! Bingung kan.
Di MBK ini
setiap malam rabu ada Thai Boxing. Jadi kalau pas di Bangkok bertepatan dengan
malam rabu, tak ada salahnya lihat orang berantem di dalam mal. Siapa tahu
kecipratan darahnya. *eh*
Akhirnya malam
kian beranjak. Kami kembali ke penginapan. Dua temanku yang cewek segera masuk
kamar. Aku dan temanku yang cowo diam-diam dan mengendap-endap pergi menuju
Patpong. Ssstt..!
wah nyaman ye jalan-jalan ke bangkok...jadi mau...
BalasHapuswah, kalok nak ngayau ke Bangkok boleh diikuti ruteku.
BalasHapushahaha,,,