![]() |
Hongkong City |
Traveling kali ini ke salah satu
kota terkaya di Asia, kota dengan biaya hidup termahal nomor 14 di dunia versi survei
Economist Intelligence Unit tahun 2013, kota dengan lebih dari
1.223 biji pencakar langit menjulang, kota dengan gerai Louis Vuitton lebih
banyak dari Paris. Yak, kami jalan- jalan di Hongkong si Kota Beton.
![]() |
Kota Hongkong dari Ketinggian |
Rute
yang kami ambil melalui kota Judi Makau. Dari Macau Ferry Terminal naik kapal
First Ferry Macau menuju China Ferry Terminal di Hongkong dengan jarak tempuh
sekitar 60 menit. Harga tiket di bandrol HKD 154 (Rp.192.000). Jangan heran,
walaupun namanya pelabuhan, namun waiting
room-nya lebih kece dari waiting room
Bandara Soekarno-Hatta di terminal apapun. Proses Check in juga teratur dan rapi.
Tak ada desak-desakan. Tak ada calo. Tak ada porter rese. Tak ada
Solaria yang layanannya lama itu. #eh
Dari Pelabuhan Macau masih pagi. Mungkin karena Pelabuhan yang nyaman, beberapa puluh bule dengan postur tubuh tipe “dielu-elukan” di Indonesia tidur glosoran dan terkapar-kapar di lantai. Busyet bener dah. Macam Gelandangan aja. Kasian bener. *Kemudian ingat parkiran di Macau itu*. Ah, sudahlah..
![]() |
Suasana Kota Hongkong yang tak terlalu macet |
MTR
ini adalah kereta cepat untuk angkutan massal
nyaman yang berdiri sejak 1979. Kalau di Bangkok ada Skytrain atau
Cityline, di Singapura ada MRT (Mass
Rapid Transit), di Kuala Lumpur ada LRT (Light
Rail Transit), dan di Indonesia ada...*ah
sudah lah*. Mereka kurang lebih memiliki fungsi dan fasilitas yang sama,
kecuali di negara terakhir. MTR Hongkong
tarifnya agak setara dengan MRT Singapura, yang berarti mahal. Jangkauan MTR
ini hampir ke semua wilayah di Hongkong.
![]() |
Traveling is started |
Untuk
Penginapan, kali ini memilih di YesInn Hostel dekat Causeway Bay Stasiun. Biaya
per malam untuk shared-room 10 beds HKD 200 (Rp.250.000)/person. Lumayan mahal karena
harga property di Hongkong memang dahsyat. Hostel itupun letaknya nyempil,
harus naik tangga kecil atau lift untuk ke sana. Karakter hostel di Hongkong
memang begitu. Namun cukup friendly
bagi pendatang. Dan resepsionis hostel di sini bahasa Inggrisnya bagus.
Kota
Hongkong penuh dengan gedung-gedung menjulang. Kebetulan traveling ini bulan
Nopember, bulan menjelang turun salju, maka tak heran jika cuacanya adem. Angin
semribit membelai-belai rambutku yang tak terlalu tergerai, serasa berada di
Batu Malang padahal di tengah kota metropolis. Jalanan tidak terlalu luas,
namun tak macet. Lebih banyak bus atau tram yang lewat daripada kendaraan
pribadi.
Minggu
pagi suasana Hongkong sudah ramai. Suasana di Victoria Park juga penuh dengan
aktifitas santai para BMI. Ada yang senam, nari, atau sekedar makan lesehan.
Suasannya benar-benar Indonesia banget. Kami jalan sedikit untuk mencapai tram
menuju Sky Terrace dan The Peak.
Setelah
tiba di penjualan tiket, ternyata sudah antri mengular. Setelah agak lama
ngantri, aku iseng-iseng menerobos antrian *kayak
gini dibilang iseng-iseng, dasar orang Indonesia tulen. Haha*. Ternyata ada
paket kombo yang menjual tiket tram sekalian tiket masuk ke museum Madame
Tassauds serta masuk ke Sky Terrace. Bila
beli tiket kombo ini bebas antrian. Bahkan harga lebih murah sekitar HKD 10
(Rp12.500) bila dibandingkan dengan beli ketengan. Harga paket kombo ini HKD 235
(Rp.297.000).
Untuk
naik ke The Peak, ada tram khusus bernama Victoria Peak. Kereta kayu yang
berdiri sejak tahun 1888 namun masih terlihat laik jalan. Perjalanan sekitar 10
menit dengan posisi menanjak tajam sampai sekitar 50 derajat. Cukup tajam dan
bikin was-was mengingat catatan kereta api di Indonesia yang kurang indah.
Sampai di The
Peak, ternyata merupakan gedung besar menyerupai mal. Dengan pusat oleh-oleh
dan beraneka jualan. Kami segera menuju Sky Teracce di pucuk gedung. Butuh naik
sekitar 5 lantai menuju pucuk itu. Begitu sampai di atas, kota Hongkong
terpampang sempurna dengan selat, gunung, dan gedung-gedung pencakar langitnya.



Puas poto-poto
dengan bintang-bintang Hollywood, kami segera mencari makan disekitar gedung.
Jadi ada beberapa gedung tinggi selain si gedung cawan. Tempat makan juga
banyak. Namun sangat susah mencari label halal. Paling beli jus atau roti.
Hampir masuk ke sebuah resto, namun tamu resto membawa anjing semua. Banyak
sekali. Sepertinya baru mengikuti kompetisi anjing atau apa. Serem juga untuk
orang yang tak mencintai anjing apa adanya sepertiku.
Pulang dari Sky Terrace hari menjelang sore. Melalui tram yang sama, kami turun
gunung. Untuk sampai di stasiun MTR terdekat ternyata harus jalan cukup jauh
sekali. Padahal pas berangkat tadi terasa dekat dan ceria. Akhirnya naik MTR
dan turun di Causeway Bay Stasiun. Rasa lapar mendorong langkah kecil kami
mencari Warung Makan Indonesia di Pennington Street.
Saking
banyaknya jalan kecil di Hongkong serta tingginya gedung-gedung, membuat kami
seperti terjebak di sebuah labirin. Putar sana-sini. Salah masuk jalan. Karena
lelah jiwa dan raga, kami hampir menyerah sehingga akan mampir di warung makan
apapun asal halal. Tiba-tiba sekelebat bayangan melintas dengan cepat di depan
kami. Kami terkejut. Ternyata dua perempuan sedang berlari menuju sebuah warung
makan. Kami segera mengejar dengan kecepatan tinggi. *adegan didramatisasi*. Bukan apa-apa sih, dua perempuan tadi
secara jelas dan nyata mengenakan jilbab.
“Mbak, ini
warung makan halal ya?” tanyaku setelah melihat warung itu tampak mencurigakan.
“Yah, mas,
yang penting kita gak pesen babi kan gak apa-apa,” jawab si Mbak sambil tertawa
kecil. Dih, Si embak kok gitu. Akhirnya kami putuskan gak jadi makan di situ.
Aku belum siap jika harus keramas lagi. Hihi...
![]() |
Dinner with TKW Hongkong |
Ketika sedang
makan, tiba-tiba warung menjadi ramai. Ada sekitar 16 orang di ruangan itu
dengan kehebohan tinggi dan bahasa yang terdengar tak asing. Ternyata para TKW.
Jadi di ruangan itu secara resmi hanya ada 4 pria. Setelah menghabiskan makanan
kami segera keluar dari warung itu. Ketika sedang turun tangga,berbarengan
dengan salah satu TKW agak menor.
“Mas, darimana
asalnya?” tanya si mbak semi-menor itu dengan ramahnya.
“Dari
Indonesia Mbak,” jawabku tak kalah ramah.
“Owh kirain
dari Korea Mas.” Kata si mbak serasa ngacir turun tangga dengan kecepatan
tinggi. Aku hanya melongo sementara tiga kutu kupret di belakangku ngakak.
“Oppa
Paryonoooooooo,” teriak mereka. Kalau gak sedang di negeri orang, sudah
kutampol satu satu mereka. Tapi, apa modus si mbak bilang aku orang Korea yak?
Atau jangan-jangan aku memang mirip orang Korea. *Kemudian berkaca. Lalu berkaca-kaca. Hiks*
Selesai makan,
kami berjalan menuju Stasiun Causeway Bay. Dan sepanjang jalan itu terlihat
banyak warung makan Indonesia bertebaran, bersanding mesra dengan gerai-gerai
ternama, pusat perbelanjaan, dan bangunan-bangunan menjulang. Sepanjang jalan
itu juga banyak bertemu dengan TKW yang sedang berjalan atau ngobrol serta
belanja. TKW di Hongkong cenderung lebih percaya diri, berbeda dengan beberapa
TKW yang kutemui di Negeri Jiran. Beda jauh. Nanti akan kujabarkan kisah pilu
bertemu dengan TKW di Kuala Lumpur.
Penginapan
untuk malam ini di dekat stasiun Fortress Hills. Semalam HKD 185 (Rp.230.000)
per orang dengan shared room isi 4 0rang. Fasilitasnya hampir mirip dengan
hostel sebelumnya, kamar mandi bersama, kamar bareng-bareng, AC juga
bareng-bareng, ranjang tingkat, dan pelayanan yang lumayan ramah. Bahasa
Inggris resepsionisnya juga bagus-bagus.
Ada hal
menarik ketika kami menuju ke hostel ini. Sesuai petunjuk resepsionis hostel
sebelumnya, kami harus menuju sana dengan bus. Setelah kami ketemu busnya, si
sopir yang emak-emak nanya,
“Hey bocah,
pada mau kemana yak. Busyet dah,”
“Mau ke
Fortress Hills Mpok. Naik bus ini kan yak?”
“Bujug! Noh
Fortress Hills di depan ono. Ngapain naik bus segala dah. Deket itu mah,” kata
si sopir sambil nunjuk. Benar saja, Cuma sekitar 300 meter doang. Ya udah deh,
kami jalan kaki aja. Baik dah pokoknya, bandingkan dengan angkutan umum di
negeriku. *Aku gak bilang perkosaan lho
ya*
![]() |
Rute kereta gantung menuju Ngong Ping |

Kereta gantung
ini akan melintasi laut, gunung, dan lembah dengan nuansa hutan hijau. Jarak
dari titik awal ke terminal akhir 5,7 km. Angin gunung yang dingin, tali yang
terlihat melengkung-lengkus karena menahan beban kereta gantung, dan suara
derit ketika mendekati tiang penyangga memberi sensasi tersendiri. Sensasi yang
lebih ke arah takut sih. Takut tambangnya putus, terus...*kemudian membayangkan film Final Destination dan Happy Tree*
![]() |
Pohom Budha |
![]() |
Salah satu Patung Divine Generals |
Selesai makan,
perjalanan dilanjutkan. Ada tugu tinggi berwarna putih dengan tulisan China, patung-patung
The Twelve Divine Generals yaitu Dua Belas patung jenderal melambangkan waktu
dengan senjata yang berbeda-beda, Ngong Ping Village, Pohon Budha, dan dengan
jalanan yang rapi serta bersih walau pengunjung ramai.
![]() |
Patung kecil di sekitar patung Budha |
![]() |
Giant Budha |

Setelah hari
agak sore, kami turun dan mendekat ke Gapura untuk menikmati angin.
“You are
B*tch!”
Suara keras
mengagetkanku. Aku menoleh ke belakang. Sudah mendidih saja darah ini *Asek*. Ternyata seorang emak-emak
sedang menarik tangan perempuan muda yang sedang menggendong anak kecil. Wajah mereka
nampak dari Timur Tengah atau sekitarnya. Atau mungkin Uganda *beda jauuh oon! Haha*
“Yes, You are
B*tch, You know that?” kata siemak sambil nunjuk muka si perempuan muda.
Datang pria
muda, menarik si emak mundur. Namun si emak tetap merengsek maju. Si perempuan
muda ngoceh entah pakai bahasa apa.
“Plaak!” si
emak menampar si perempuan. Aku terpekik. Mataku melotot. *kamera zoom in-zoom out*.
Si perempuan
agak menangis dan menjauh dari si emak. Si pria ngomong ke si emak. Dugaanku sih,
mungkin rebutan warisan. Jadi si emak adalah ibu dari si pria, sedangkan si
perempuan muda adalah istri sang pria. Atau mungkin karena putri semata wayang
mereka tertukar? Entahlah. Karena kejadiannya di Hongkong, jadi bukan urusanku.
Hongkong,
We are travelers; Aan, Arie,biga,ion
hahaha gokill banget sih mass
BalasHapusSy tidak tau apa ini cara kebetulan saja atau gimana. Yg jelas sy berani sumpah kalau ada ke bohongan sy sama sekali. Kebetulan saja buka internet dpt nomer ini +6282354640471 Awalnya memang sy takut hubungi nomer trsebut. Setelah baca-baca artikel nya. ada nama Mbah Suro katanya sih.. bisa bantu orang mengatasi semua masalah nya. baik jalan Pesugihan dana hibah maupun melalui anka nomer togel. Setelah sy telpon melalui whatsApp untuk dengar arahan nya. bukan jg larangan agama. Tergantung dari keyakinan dan kepercayaan saja. Biarlah Orang pada ngomong itu musrik hanya tuhan yg tau. mungkin ini salah satu jalan rejeki sy. Syukur Alhamdulillah melalui bantuan beliau benar2 sudah terbukti sekarang. Amin
BalasHapus