Ceritera Traveling

Jumat, 06 Januari 2012

Menguak Eksotisme Belitung ( Part # 2 )


Belitung masih menyimpan banyak sisi yang perlu dikuak. Ketika di Jantung Kota Tanjung Pandan, aku mengunjungi pantai Tanjung pendam. Pantai yang hanya berjarak kurang dari 2 km dari Tugu Batu Satam. Untuk ukuran pantai di kota, Tanjung Pendam lebih bagus jika dibandingkan dengan Pantai Ancol deh. Haha…*Ini perbandingan atau apa*
Dari pantai Tanjung Pendam, dapat dilihat sunset dengan sempurna jika tidak mendung. Di tepi pantai ini juga banyak wahana olahraga seperti jogging track, lapangan yang biasanya dipakai latihan break dance, dan jalur sepeda, serta lapangan futsal yang seperti tidak terurus. Pas aku keliling pantai, kulihat gerombolan cewek berparas menor, ngerokok, berambut pirang, ber-hotpant ria, dan ketawa-ketiwi di sekitar pantai. *Profesi mereka apa coba? Yang jelas bukan pemadam kebakaran atau penjual pecel keliling, hihi*
Tanjung Pendam, Pantai sunset tengah kota.
Pantai Tanjung Pendam kala senja dengan angin pantai sejuk, burung camar, garis pantai surut, dan anak-anak kepiting imut yang migrasi mendekati air sungguh elok. Walau kadang di tepi pantai ada sampah, tapi tak sedikitpun mengurangi kesegaran es kelapa muda di pondok-pondok tepi pantai. *Lah?*. Pantai ini sangat cocok dikunjungi ketika baru sampai di Belitung sebelum melihat pantai-pantai lainnya. *Alamat kebanting kalau sudah lihat pantai-pantai di Belitung*
Di Belitung tak melulu pantai sebagai spot yang layak dikunjungi. Ada Gunung Tajam yang berjarak sekitar 45 menit dari kota. Nama kerennya sih gunung, tapi aselinya Cuma sebuah bukit agak tinggi di tengah hutan. Untuk mencapai kesana harus masuk hutan dengan jalan aspal berkelok dan pepohonan rimbun dikiri kanannya, sesekali dihiasi monyet atau tarsius. Sungguh alami…
Wisata gunung di negeri pantai
Begitu sampai di ujung jalan, terdengar air gemericik. Hawa sejuk segera menyergap. *Hawa yang aneh untuk ukuran pulau pantai*. Ternyata ada air terjun kecil dengan batu-batu tersusun menjulang ke atas. Ada kolam berair jernih di bawah air terjun itu. Ikan warna-warni menghias kolam dan tampak tak takut dengan pengunjung yang bokek ini. Hehehe. Melihat kolam menganga, jernih, dan pasrah itu, pria mana yang tak kalap segera buka baju dan nyebur. Brr.. adem!
Puas ceburan dengan ikan-ikan yang katanya penunggu air terjun itu, *ya iyalah penunggu, orang mereka gak bisa kemana-mana* aku lanjutkan dengan pendakian menuju hulu. Proses pendakian yang agak licin tapi penuh tantangan dimulai. Batu berlumut dan arus yang menggerojok menjadi tantangan tersendiri. Hingga sampailah di jembatan kecil dekat sebuah kuburan tua. Mitosnya sih, keturunan Palembang gak boleh datang ke Gunung Tajam.
Setelah cukup main air dan makan siang, maka saatnya pulang ke Tanjung Pandan. Ketika motorku melintasi jalanan licin nan lengang tengah hutan, tiba-tiba di tengah jalan ada sesosok mahluk menghadang. Owh, ular ternyata, segede lengan orang dewasa dengan kepala terangkat dan tampak lebar dan pipih. *Hah! Itukan King Cobra..hiiii*
Usai wisata hutan, saatnya menikmati kota Tanjung Pandan. Di kota Tanjung Pandan ada museum yang ternyata isinya malah kayak kebun binatang. Dengan membayar Rp2.000 maka aku masuk. Awalnya sih gedung agak kecil dengan isi layaknya museum, lemari dengan isi barang-barang langka peninggalan zaman dulu serta sebuah buaya yang diawetkan. Begitu bangunan habis, ada lapangan di belakang. Seperti taman dengan kerangkeng berisi hewan aneka rupa. Ada ular korengan, burung-burung, kura-kura, dan buaya. Kalau yang terakhir banyak sekali di situ. Maklum, Belitung memiliki banyak buaya.
Kelar dari museum, kami mengamati kebiasaan warga lokal. Hobi orang Belitung emang ngopi. Di sekitar kota juga banyak tempat ngopi yang enak. Aku nongkrong di dekat sungai Siburik *Namanya kurang menjual yak*.  Ada bangunan kecil yang isinya ramai para lelaki sedang ngopi, ngerokok, ngobrol, atau main gaple. Pokoknya untuk nongkrong bapak-bapak oke banget. Aku pesan telur ayam kampung ¾ matang. Sambil nyeruput kopi susu. Dan melihat lalu lalang motor di Belitung yang tampak tak teratur dan pada semaunya. Perfect moment! Sluurrpp..
Salah satu tempat ngopi di Tanjung Pandan. Kecil tapi padet!
Nah, kembali ke Manggar, tepatnya di Desa Gantung daerah asalnya si Laskar Pelangi. Pas udah jauh-jauh jalan dari Tanjung Pandan, sampailah di SD Muhammadiyah yang ternyata hanya replika untuk keperluan syuting. Bentuknya sih sama, Cuma ya gitu, bangunan SD doang! Trus kenapa? Ya itu, masa jauh-jauh jalan hampir 2 jam hanya lihat gedung SD tua di tengah belukar gitu? Untungnya teman-teman travelingku pada asyik. Setidaknya rasa penasaran akan SD Laskar Pelangi itu sudah terobati. Walau ya gitu deh…
Ketika akan pulang, sempat terpikir untuk membawa sesuatu dari Pulau penghasil timah ini. Banyak juga toko oleh-oleh, dari oleh-oleh kaos, makanan seperti pletek, kerupuk telor cumi, kerupuk udang, kempelang, teripang, terasi udang khas, kuda laut kering, sampai sari jeruk kunci yang asemnya bikin bulu rhoma berdiri. *Bulu Rhoma?*. Untuk makanan, sebagian besar adalah olahan ikan, agak mirip dengan kerupuk dan makanan dari Palembang. Kalau untuk kuda laut kering, bisa dipakai untuk menyelesaikan mbak-mbak menor di Pinggir Pantai Yang tadi. Minat? #eh.
Si Kuda Laut dalam kemasan,


2 komentar:

  1. Di Bangka dan Belitung memang warga suka menyebut bukit yg ada di wilayah mereka dengan 'gunung', padahal ya ketinggiannya gak nyampe untuk disebut gunung :D

    Di Manggar sempat naik ke Bukit Samak gak? :) Gak begitu jauh kok dari replika sekolah si Ikal dkk.

    Mmmm.. ngeliat foto kuda laut kering di atas... hiks kok malah gak bikin nafsu ya gegara bentuknya itu, bikin geleuh... hehehe

    Oya, saya baru mau ngaktifin blogspot saya. Visit2 ya if u hv spare time :D tq

    BalasHapus
  2. iya mbak, orang sini nyebut bukit aja gunung, hehehe

    yang manggar blm mbak, blm sy eksplore, wah lain kali mau saya coba.
    bisa pake mobil gak mbak naiknya?

    hahhaa, kasian liat kuda laut itu mbak..
    tp ya gimana lagi..saya tak berdaya mencegah itu semua.
    #halah

    oke oke, kasih link-nya saja mbak, saya pasti visit.

    thanks lho penulis buku terkenal "Birunya Langit Cinta" mau visit blogku
    *terharu*

    BalasHapus